Selasa, 27 November 2012

PUASA HARI TASU'A DAN 'ASURA 9-10 MUHARRAM


Oleh: Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin
[Di dalam kitab beliau Riyadhus Shalihin, Al-Imam An-Nawawi -rahimahullah- membawakan tiga buah hadits yang berkenaan dengan puasa sunnah pada bulan Muharram, yaitu puasa hari Asyura / Asyuro (10 Muharram) dan Tasu’a (9 Muharram)]
Hadis yang Pertama
Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhuma-, “Bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan untuk berpuasa padanya”. (Muttafaqun ‘Alaihi).
Hadis yang Kedua
Dari Abu Qatadah -radhiyallahu ‘anhu-, bahawa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya tentang puasa hari ‘Asyura. Baginda menjawab, “(Puasa tersebut) Menghapuskan dosa satu tahun yang lalu”. (HR. Muslim)
Hadits yang Ketiga
Dari Ibnu Abbas -radhiyallahu ‘anhuma- beliau berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada (hari) kesembilan” (HR. Muslim)
"Rasulullah saw ditanya tentang puasa pada hari ‘Asyura, beliau menjawab, ‘Menghapuskan dosa setahun yang lalu’, ini pahalanya lebih sedikit daripada puasa Arafah (yakni menghapuskan dosa setahun sebelum serta sesudahnya). Bersamaan dengan hal tersebut, selayaknya seorang berpuasa ‘Asyura (10 Muharram) disertai dengan (sebelumnya,) Tasu’a (9 Muharram). Hal ini kerana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Apabila (usia)ku sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada yang kesembilan’, maksudnya berpuasa pula pada hari Tasu’a.
Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah saw bersabda, "Puasa yang paling afdhol setelah bulan Ramadhan adalah bulan Allah al-Muharram dan sholat yang paling afdhol setelah solat fardhu adalah solat malam.”
[HR Muslim]
Penjelasan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk berpuasa pada hari sebelum mahupun setelah ‘Asyura
 [1] dalam rangka menyelisihi orang-orang Yahudi karena hari ‘Asyura –yaitu 10 Muharram- adalah hari di mana Allah selamatkan Musa dan kaumnya, dan menenggelamkan Fir’aun dan para pengikutnya. Dahulu orang-orang Yahudi berpuasa pada hari tersebut sebagai syukur mereka kepada Allah atas nikmat yang agung tersebut. Allah telah memenangkan tentara-tentaranya dan mengalahkan tentara-tentara syaitan, menyelamatkan Musa dan kaumnya serta membinasakan Fir’aun dan para pengikutnya. Ini merupakan nikmat yang besar.
Oleh kerana itu, setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tinggal di Madinah, baginda melihat bahawa orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura
 [2]. Baginda pun bertanya kepada mereka tentang hal tersebut. Maka orang-orang Yahudi tersebut menjawab, “Hari ini adalah hari di mana Allah telah menyelamatkan Musa dan kaumnya, serta celakanya Fir’aun serta pengikutnya. Maka dari itu kami berpuasa sebagai rasa syukur kepada Allah”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian”.
Kenapa Rasulullah mengucapkan hal tersebut? Kerana Nabi dan orang–orang yang bersama baginda adalah orang-orang yang lebih berhak terhadap para nabi yang terdahulu. Allah berfirman,
        “Sesungguhnya orang yang paling berhak dengan Ibrahim adalah orang-orang yang mengikutinya dan nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman, dan Allah-lah pelindung semua orang-orang yang beriman”. (Ali Imran: 68)
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling berhak terhadap Nabi Musa daripada orang-orang Yahudi tersebut, disebabkan mereka kafir terhadap Nabi Musa, Nabi Isa dan Muhammad. Maka baginda shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa ‘Asyura dan memerintahkan manusia untuk berpuasa pula pada hari tersebut. Baginda juga memerintahkan untuk menyelisihi puasanya orang Yahudi yang hanya berpuasa pada hari ‘Asyura, dengan berpuasa pada hari kesembilan atau hari kesebelas beriringan dengan puasa pada hari kesepuluh (’Asyura), atau ketiga-tiganya. [3]
Oleh kerana itu sebahagian ulama seperti Ibnul Qayyim dan yang selain beliau menyebutkan bahwa puasa ‘Asyura terbahagi menjadi tiga keadaan:
1. Berpuasa pada hari ‘Asyura dan Tasu’ah (9 Muharram), ini yang paling afdhal.
2. Berpuasa pada hari ‘Asyura dan tanggal 11 Muharram, ini kurang pahalanya daripada yang   
               pertama. [4]
3. Berpuasa pada hari ‘Asyura saja, sebahagian ulama memakruhkannya karena Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan untuk menyelisihi Yahudi, namun sebagian ulama yang lain  
            memberi keringanan (tidak menganggapnya makhruh). [5]
Wallahu a’lam bish shawab.
(Sumber: Syarh Riyadhis Shalihin karya Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin terbitan Darus Salam – Mesir, diterjemahkan Abu Umar Urwah Al-Bankawy, muraja’ah dan catatan: Al-Ustadz Abu Abdillah Muhammad Rifai) 

Sabtu, 24 November 2012

APEL PGRI JAWA TIMUR

         Apel peringata ulang tahun PGRI se Jawa Timur dilaksanakan pada tanggal 1 Desember 2012 di pusatkan di alun-alun kabupaten Ponorogo, yang akan di hadiri oleh semua cabang PGRI se Jawa Timur, Kota Ponorogo akan dibanjiri oleh anggota PGRI yang memakai seragam kebesaran PGRI yang akan mengikuti apel besar peringatan Ulang tahun PGRI tahun 2012.